Menko Pemberdayaan Manusia dan Kebudayaan (PMK) Muhadjir Effendy mengadakan rapat konsolidasi bersama menteri dan kepala lembaga di bawah lingkup Kemenko PMK. Rapat kali ini memaparkan percepatan visi misi presiden dan target bidang PMK untuk 5 tahun mendatang.
ADVERTISEMENT
Menteri Agama Fachrul Razi menjadi menteri pertama yang menyampaikan rencana kerjanya. Ia langsung menyoroti persoalan penangkalan radikalisme, sesuai arahan dari Presiden Joko Widodo.
"Tapi ada yang ingin saya sampaikan, kesamaan sikap kita. Bapak Presiden mengatakan bahwa masalah radikalisme adalah realitas untuk kita semua, kementerian yang ada di Indonesia. Maka kita mesti punya kesamaan sikap dengan hal ini," ujar Fachrul di Kemenko PMK, Jakarta Pusat, Kamis (31/10).
Fachrul Razi kemudian mencontohkan pengalamannya saat menghadiri acara yang diadakan suatu BUMN. Saat itu, ia kesal melihat ada pejabat yang tidak menyanyikan lagu Indonesia Raya.
"Pada saat upacara dimulai dengan lagu Indonesia Raya. Ada seorang pejabat sama sekali tidak menunjukkan hormatnya pada lagu Indonesia Raya," ungkap dia.
Ia lalu mencoba bertanya kepada pejabat tersebut mengapa ia tidak menyanyikan lagu Indonesia Raya.
"Jangankan nyanyi. Selesai begitu (nyanyi) saya tanya, saya sebut namanya, 'Alfan, apakah kamu sakit?'" ucap Fachrul dengan nada tinggi menirukan momen itu.
"'Siap, tidak (sakit) pak'. (Dijawab lagi) kalau kamu tidak sakit, pasti kamu hormat kepada Indonesia Raya. Karena kamu adalah abdi negara, kalau kamu tidak hormat, keluar kamu!" teriak Fachrul.
Dari contoh itulah, Fachrul Razi meminta agar jangan sampai kejadian seperti itu terulang lagi. Ia berharap sikap nasionalisme bisa dilakukan bersama-sama, dan siap ditindak tegas jika tidak bisa hormat kepada bangsanya sendiri
"Jadi sikap kita harus sama, jangan nanti misalkan saya marahin di tempat lain deg-degan dan ketawa-tawa. Enggak! Jangan! Kalau Anda tidak bisa menghormati Indonesia, percuma negara membayar Anda. Keluar!" tutupnya. kumparan.com
ADVERTISEMENT
Menteri Agama Fachrul Razi menjadi menteri pertama yang menyampaikan rencana kerjanya. Ia langsung menyoroti persoalan penangkalan radikalisme, sesuai arahan dari Presiden Joko Widodo.
"Tapi ada yang ingin saya sampaikan, kesamaan sikap kita. Bapak Presiden mengatakan bahwa masalah radikalisme adalah realitas untuk kita semua, kementerian yang ada di Indonesia. Maka kita mesti punya kesamaan sikap dengan hal ini," ujar Fachrul di Kemenko PMK, Jakarta Pusat, Kamis (31/10).
Fachrul Razi kemudian mencontohkan pengalamannya saat menghadiri acara yang diadakan suatu BUMN. Saat itu, ia kesal melihat ada pejabat yang tidak menyanyikan lagu Indonesia Raya.
"Pada saat upacara dimulai dengan lagu Indonesia Raya. Ada seorang pejabat sama sekali tidak menunjukkan hormatnya pada lagu Indonesia Raya," ungkap dia.
Ia lalu mencoba bertanya kepada pejabat tersebut mengapa ia tidak menyanyikan lagu Indonesia Raya.
"Jangankan nyanyi. Selesai begitu (nyanyi) saya tanya, saya sebut namanya, 'Alfan, apakah kamu sakit?'" ucap Fachrul dengan nada tinggi menirukan momen itu.
"'Siap, tidak (sakit) pak'. (Dijawab lagi) kalau kamu tidak sakit, pasti kamu hormat kepada Indonesia Raya. Karena kamu adalah abdi negara, kalau kamu tidak hormat, keluar kamu!" teriak Fachrul.
Dari contoh itulah, Fachrul Razi meminta agar jangan sampai kejadian seperti itu terulang lagi. Ia berharap sikap nasionalisme bisa dilakukan bersama-sama, dan siap ditindak tegas jika tidak bisa hormat kepada bangsanya sendiri
"Jadi sikap kita harus sama, jangan nanti misalkan saya marahin di tempat lain deg-degan dan ketawa-tawa. Enggak! Jangan! Kalau Anda tidak bisa menghormati Indonesia, percuma negara membayar Anda. Keluar!" tutupnya. kumparan.com