Jakarta - Ketua Umum Asosiasi Perajin dan Pengusaha Batik Indonesia (APPBI) Komarudin Kudiya mengungkapkan saat ini masih marak batik-batik tiruan alias KW dari China dan India. Batik-batik tersebut beredar di Jakarta, Jawa Barat, hingga Jawa Tengah.
"Ada di grosir banyak, di Pasar Baru Bandung, Tanah Abang ada, kemudian di pasar-pasar grosir di daerah juga ada, misalnya di Pekalongan, di Beringharjo, itu ada tapi kualitasnya jelek sekali," kata dia saat dihubungi detikcom, Rabu (2/10/2019).
Namun pedagang-pedagang di pasar ini umumnya tidak tahu kalau batik yang mereka jual adalah impor. Pasalnya yang diimpor ini adalah dalam bentuk kain yang kemudian dijahitnya di Indonesia. Setelah jadi baru dijual ke pasaran.
"(Mereka) nggak tahu karena nggak ada label impornya, malah batik impor itu nanti konveksinya juga sebagian ada di kita (Indonesia) juga, orang-orang kita juga," jelasnya.
Dia menyebut, konveksi-konveksi kain batik impor ini tersebar di sejumlah daerah, mulai dari Pekalongan, Pemalang, hingga Majalaya di Bandung.
Nah, kain batik yang telah diimpor dari China hingga India itu dijahit di konveksi-konveksi berbiaya murah. Umumnya jasa untuk membuat satu pakaian dari kain batik impor itu berkisar Rp 5.000-Rp 10.000.
"Jadi impornya material gulungan, nggak (produk) jadi. Jadi berupa kayak tekstil gitu, kain gulungan, nanti dijahitnya ke konveksi-konveksi yang murahan, yang satu potong (pakaian) Rp 5 ribu sampai Rp 10 ribu ongkos jahitnya," tambahnya. finance.detik.com
"Ada di grosir banyak, di Pasar Baru Bandung, Tanah Abang ada, kemudian di pasar-pasar grosir di daerah juga ada, misalnya di Pekalongan, di Beringharjo, itu ada tapi kualitasnya jelek sekali," kata dia saat dihubungi detikcom, Rabu (2/10/2019).
Namun pedagang-pedagang di pasar ini umumnya tidak tahu kalau batik yang mereka jual adalah impor. Pasalnya yang diimpor ini adalah dalam bentuk kain yang kemudian dijahitnya di Indonesia. Setelah jadi baru dijual ke pasaran.
"(Mereka) nggak tahu karena nggak ada label impornya, malah batik impor itu nanti konveksinya juga sebagian ada di kita (Indonesia) juga, orang-orang kita juga," jelasnya.
Dia menyebut, konveksi-konveksi kain batik impor ini tersebar di sejumlah daerah, mulai dari Pekalongan, Pemalang, hingga Majalaya di Bandung.
Nah, kain batik yang telah diimpor dari China hingga India itu dijahit di konveksi-konveksi berbiaya murah. Umumnya jasa untuk membuat satu pakaian dari kain batik impor itu berkisar Rp 5.000-Rp 10.000.
"Jadi impornya material gulungan, nggak (produk) jadi. Jadi berupa kayak tekstil gitu, kain gulungan, nanti dijahitnya ke konveksi-konveksi yang murahan, yang satu potong (pakaian) Rp 5 ribu sampai Rp 10 ribu ongkos jahitnya," tambahnya. finance.detik.com