JAKARTA -- Imam At-Tirmidzi merupakan figur yang cerdas, tangkas, dapat dipercaya, saleh, dan takwa. Penguasaannya dalam ilmu hadis diakui oleh para ulama yang hidup sesudahnya. Dia juga dikenal sebagai seorang penghafal yang kuat di luar kepala sehingga menjadi rujukan dalam hafalan dan keakuratan mempelajari hadis, fikih, dan ilmu-ilmu lainnya.
Al-Hakim mengatakan, ''Saya pernah mendengar Umar bin Alak mengomentari pribadi At-Tirmidzi sebagai berikut. Kematian Imam Bukhari tidak meninggalkan muridnya yang lebih pandai di Khurasan selain daripada Abu Isa At-Tirmidzi dalam hal luas ilmunya dan hafalannya.''
Diberitakan, kendati sudah berusia lanjut, ia masih suka menulis dan meneliti hadis. Ia menyusun kitab Sunan Tirmidzi, Asma Ash-Shahabah, Asma Al-Kuma, Al-'Ilal, Az-Zuhd, dan At-Tarikh. Karyanya yang mashyur adalah Kitab Al-Jami' (Jami' At-Tirmidzi). Ia juga termasuk salah satu penyusun Al-Kutub As-Sittah (enam kitab pokok di bidang hadis karya enam ulama--Red).
Ia meriwayatkan hadis dari Qutaibah bin Said, Ibnu Rahawaih, Az-Zuhri, Al-Fazarry, Al-Jamahi, Al-Bukhari, Al-Marwazi, An-Nasafi, Ibnu Hibban Bahili, dan Ibnu Mahbub. Ibnu Hibban berkata, ''Abu Isa adalah seorang pengoleksi hadis, pengarang, penghafal, dan pemerhati.''
Sebelum munculnya Imam At-Tirmidzi, kualifikasi hadis hanya terbagi menjadi hadis sahih (hadis yang diriwayatkan oleh rawi yang kuat hafalannya--Red) dan hadis dhaif (hadis yang antara lain diterima dari rawi yang mempunyai daya ingat lemah dan periwayatannya harus ditinggalkan--Red).
Dari sini, Imam At-Tirmidzi mempunyai pemikiran untuk mengelompokkan hadis yang diriwayatkan oleh rawi yang standar hafalannya di bawah rawi hadis sahih, namun masih unggul dibanding rawi hadis dhaif, yaitu tingkat hasan.
Peran Imam At-Tirmidzi yang juga sangat penting adalah penyatuan antara paradigma hadis dan fikih dalam satu kitab. Hal serupa belum pernah dilakukan oleh ulama hadis yang hidup sebelumnya, Imam Al-Bukhari dan Imam Muslim. Kedua ulama hadis ini tidak menjadikan kitabnya sebagai ajang perbandingan antara berbagai mazhab fikih. Berbeda dengan Imam At-Tirmidzi yang mengintegrasikan antara hadis dan fikih. Hal inilah yang menjadi keistimewaan sekaligus pembeda antara kitab Jami' At-Tirmidzi dengan kitab-kitab hadis yang lain.
Tutup usia
Ada perbedaan pendapat di antara para ulama mengenai kapan tepatnya Imam At-Tirmidzi meninggal dunia. Al-Sam'ani dalam kitabnya Al-Ansab menuturkan bahwa beliau wafat di Desa Bugh, Turmudz, pada tahun 275 H. Pendapat ini diikuti oleh Ibn Khallikan. Sementara itu, yang lain mengatakan, At-Timridzi wafat pada tahun 277 H.
Ada pula pendapat yang mengungkapkan, sebagaimana dinukil oleh Al-Hafidh al-Mizzi dalam Al-Tahdzib dari al-Hafidh Abu al-Abbas Ja'far bin Muhammad bin al-Mu'taz al-Mustaghfiri, mengatakan, ''Abu Isa At-Tirmidzi wafat di daerah Turmudz pada malam Senin, 13 Rajab 279 H. Ia wafat pada usia 70 tahun dan dimakamkan di Uzbekistan.” Pendapat terakhir inilah yang banyak diyakini kebenarannya. khazanah.republika.co.id
Al-Hakim mengatakan, ''Saya pernah mendengar Umar bin Alak mengomentari pribadi At-Tirmidzi sebagai berikut. Kematian Imam Bukhari tidak meninggalkan muridnya yang lebih pandai di Khurasan selain daripada Abu Isa At-Tirmidzi dalam hal luas ilmunya dan hafalannya.''
Diberitakan, kendati sudah berusia lanjut, ia masih suka menulis dan meneliti hadis. Ia menyusun kitab Sunan Tirmidzi, Asma Ash-Shahabah, Asma Al-Kuma, Al-'Ilal, Az-Zuhd, dan At-Tarikh. Karyanya yang mashyur adalah Kitab Al-Jami' (Jami' At-Tirmidzi). Ia juga termasuk salah satu penyusun Al-Kutub As-Sittah (enam kitab pokok di bidang hadis karya enam ulama--Red).
Ia meriwayatkan hadis dari Qutaibah bin Said, Ibnu Rahawaih, Az-Zuhri, Al-Fazarry, Al-Jamahi, Al-Bukhari, Al-Marwazi, An-Nasafi, Ibnu Hibban Bahili, dan Ibnu Mahbub. Ibnu Hibban berkata, ''Abu Isa adalah seorang pengoleksi hadis, pengarang, penghafal, dan pemerhati.''
Sebelum munculnya Imam At-Tirmidzi, kualifikasi hadis hanya terbagi menjadi hadis sahih (hadis yang diriwayatkan oleh rawi yang kuat hafalannya--Red) dan hadis dhaif (hadis yang antara lain diterima dari rawi yang mempunyai daya ingat lemah dan periwayatannya harus ditinggalkan--Red).
Dari sini, Imam At-Tirmidzi mempunyai pemikiran untuk mengelompokkan hadis yang diriwayatkan oleh rawi yang standar hafalannya di bawah rawi hadis sahih, namun masih unggul dibanding rawi hadis dhaif, yaitu tingkat hasan.
Peran Imam At-Tirmidzi yang juga sangat penting adalah penyatuan antara paradigma hadis dan fikih dalam satu kitab. Hal serupa belum pernah dilakukan oleh ulama hadis yang hidup sebelumnya, Imam Al-Bukhari dan Imam Muslim. Kedua ulama hadis ini tidak menjadikan kitabnya sebagai ajang perbandingan antara berbagai mazhab fikih. Berbeda dengan Imam At-Tirmidzi yang mengintegrasikan antara hadis dan fikih. Hal inilah yang menjadi keistimewaan sekaligus pembeda antara kitab Jami' At-Tirmidzi dengan kitab-kitab hadis yang lain.
Tutup usia
Ada perbedaan pendapat di antara para ulama mengenai kapan tepatnya Imam At-Tirmidzi meninggal dunia. Al-Sam'ani dalam kitabnya Al-Ansab menuturkan bahwa beliau wafat di Desa Bugh, Turmudz, pada tahun 275 H. Pendapat ini diikuti oleh Ibn Khallikan. Sementara itu, yang lain mengatakan, At-Timridzi wafat pada tahun 277 H.
Ada pula pendapat yang mengungkapkan, sebagaimana dinukil oleh Al-Hafidh al-Mizzi dalam Al-Tahdzib dari al-Hafidh Abu al-Abbas Ja'far bin Muhammad bin al-Mu'taz al-Mustaghfiri, mengatakan, ''Abu Isa At-Tirmidzi wafat di daerah Turmudz pada malam Senin, 13 Rajab 279 H. Ia wafat pada usia 70 tahun dan dimakamkan di Uzbekistan.” Pendapat terakhir inilah yang banyak diyakini kebenarannya. khazanah.republika.co.id